Sebagai dua ekonomi terbesar di dunia, ketegangan keduanya membuat riak di seluruh market global, memengaruhi sentimen investor, alur dagang, dan dinamika market. Berikut ini gambaran mendalam mengenai pengaruh ketegangan hubungan ke setiap sektor finansial:

Bursa Saham

Volatilitas Meningkat dan Ketidakpastian Market

  • Sentimen Market dan Penghindaran Risiko:
  • Sentimen Negatif: Meningkatkan ketegangan AS-China sering mengakibatkan sentimen market menjadi negatif, mendorong investor mengambil sikap menghindari risiko. Ini bisa berakibat sell-off di market ekuitas, terutama di sektor dan perusahaan yang dekat dengan perdagangan AS-China.
  • Volatilitas Meningkat: Berita utama geopolitik terkait tarif, sanksi, atau perselisihan diplomatik bisa memicu pergerakan tajam di harga saham. VIX, biasa disebut “fear gauge”, cenderung naik saat ketegangan AS-China meningkat, mencerminkan volatilitas market yang meningkat.
  • Dampak Sektor Tertentu:
  • Sektor Teknologi: Perusahaan di sektor teknologi khususnya sensitif terhadap hubungan AS-China. Pembatasan AS terhadap perusahaan tech atau komponen China bisa mengganggu rantai pasokan dan berdampak ke pendapatan perusahaan-perusahaan seperti Apple, Qualcomm, dan manufaktur semikonduktor. Sebaliknya, raksasa tech China seperti Alibaba dan Tencent menghadapi tantangan melakukan asesmen ke pasar dan teknologi AS.
  • Manufaktur dan Retail: Sektor-sektor yang sangat mengandalkan manufaktur China, misalnya barang elektronik konsumen, otomotif, dan retail, mungkin mengalami gangguan dan kenaikan biaya karena tarif dan penyejajaran rantai suplai. Ini bisa berdampak negatif terhadap kinerja saham mereka.
  • Emerging Market:
  • Paparan Regional: Emerging market, terutama yang berada di Asia, dipengaruhi efek riak ketegangan AS-China. Negara-negara yang terkait erat ke rantai pasokan China atau tergantung pada permintaan negara Tiongkok mungkin melihat bursa sahamnya bereaksi terhadap perubahan hubungan AS-China. Contohnya, MSCI Emerging Markets Index sering berfluktuasi karena perkembangan relasi AS-China.

Pergeseran Investasi dan Arus Modal

Komoditi

Volatilitas Harga dan Gangguan Rantai Pasokan

  • Market Energi:
  • Harga Minyak Bumi: Ketegangan AS-China bisa berakibat harga minyam berfluktuasi. Contohnya, perselisihan dagang bisa menghambat prospek pertumbuhan ekonomi global, menurunkan permintaan minyak, dan berakibat harga menjadi lebih rendah. Sebaliknya, ketidakpastian geopolitik bisa menciptakan kekhawatiran suplai, yang berpotensi membuat harga naik.
  • Arus Dagang Energi: AS dan China adalah pemain utama di market energi global. Gangguan apa pun dalam hubungan dagang mereka bisa berpengaruh ke arus dagang energi. Misalnya, China sudah mencari pemasok alternatif untuk impor energi, seperti gas alam dan minyak mentah, menanggapi tarif untuk produk energi AS.
  • Metal dan Mineral:
  • Metal Industrial: Logam seperti tembaga, alumunium, dan baja terkait sangat erat dengan permintaan industrial dan aktivitas ekonomi global. Ketegangan AS-China bisa berakibat harga volatil karena market bereaksi ke potensi gangguan rantai suplai dan perubahan permintaan dari ekonomi utama.
  • Unsur Bumi Langka: China adalah produsen dominan unsur bumi langkah yang krusial untuk berbagai industri high-tech. Eskalasi ketegangan dan ancaman pembatasan ekspor untuk unsur-unsur ini bisa menyebabkan harga melonjak dan kekhawatiran suplai, berdampak ke sektor-sektor seperti elektronik, pertahanan, dan energi terbarukan.
  • Komoditi Pertanian:
  • Harga Hasil Panen: Produk-produk pertanian sering menjadi pusat perselisihan dagang. Tarif berdampak signifikan kepada para petani AS untuk produk-produk seperti kedelai, daging babi, dan jagung. Tarif-tarif ini bisa menggeser pasokan suplai dan dinamika permintaan, memengaruhi harga dan menciptakan volatilitas market.
  • Pasokan Makanan Global: Gangguan perdagangan pertanian AS-China bisa memengaruhi rantai pasokan makanan, mengakibatkan volatilitas harga hasil panen pokok dan bernilai tinggi. Negara-negara yang merupakan pemasok alternatif China mungkin mendapat untung, sementara yang lain mungkin menghadapi peningkatan kompetisi dan tekanan harga.

Forex (Foreign Exchange)

Volatilitas Mata Uang dan Penyesuaian Nilai Tukar

  • US Dollar (USD):
  • Permintaan Safe-Haven: US dollar sering menjadi safe haven global selama masa-masa ketegangan geopolitik. Ketegangan AS-China yang meningkat bisa meningkatkan permintaan untuk USD, mendorong nilainya jadi lebih tinggi daripada mata uang lain. Tren ini bisa dilihat bahwa investor mencari stabilitas dan likuiditas di masa-masa tidak pasti.
  • Dampak Berbobot Dagang: Kekuatan USD bisa berdampak pada perdagangan global. Dollar yang lebih kuat menjadikan ekspor AS jadi lebih mahal dan impornya lebih murah, berpengaruh ke neraca perdagangan dan pertunbuhan ekonomi di AS dan mitra dagangnya.
  • Chinese Yuan (CNY):
  • Tekanan Depresiasi: Yuan China biasanya mengalami tekanan saat AS-China tegang. Gangguan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi bisa berakibat modal mengalir keluar dari China, membuat yuan mengalami tekanan. Pemerintah China juga mungkin memperbolehkan dan mengelola yuan yang lebih lemah untuk mengimbangi dampak tarif pada ekspornya.
  • Kebijakan Nilai Tukar: Kebijakan nilai tukar China menjadi titik fokus selama perdagangan menegang. Kritik AS terhadap praktik China saat ini bisa memperuncing ketegangan dan berakibat semakin banyak nilai tukar didorong market, berdampak ke nilai yuan dan market forex global.
  • Mata Uang Emerging Market:
  • Sensitivitas Risiko: Mata uang emerging market sangat sensitif terhadap hubungan AS-China. Mata uang negara-negara yang sangat terintegrasi ke pasokan suplai global atau yang punya hubungan dagang signifikan dengan China mungkin mengalami peningkatan volatilitas. Contohnya, won Korea Selatan dan peso Meksiko sering bereaksi kuat terhadap perkembangan dagang AS-China.
  • Arus Modal dan Utang: Karena ketegangan AS-China mendorong naik USD, emerging markets mungkin juga mengalami arus modal keluar dari negaranya dan meningkatkan biaya layanan utang. Ini bisa mempersulit ekonomi negara tersebut, terutama negara dengan utang dollar yang signifikan.

Implikasi Ekonomi Lebih Luas

Kesimpulannya, memburuknya hubungan antara AS dan China berdampak jauh ke market finansial. Bursa saham mengalami peningkatan volatilitas dan dampak ke sektor tertentu, komoditi menghadapi price swings dan disrupsi rantai suplai, serta market forex bereaksi dengan fluktuasi mata uang yang signifikan. Seiring dinamika yang perlahan berubah, investor dan pembuat kebijakan harus menjalani lanskap yang penuh ketidakpastian dan kerumitan, yang berimplikasi jauh melampaui hubungan bilateral.